BUFFER
OKSIHEMOGLOBIN - HEMOGLOBIN


Di Susun Oleh :

LIRIS WIDOWATI SUROTO SIWI                                    A102.09.027


AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2013/2014




KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul BUFFER OKSIHEMOGLOBIN -  HEMOGLOBIN.
Makalah ini berisikan tentang informasi atau yang lebih khususnya membahas tentang fungsi buffer dalam tubuh. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita tentang fungsi buffer dalam tubuh.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harap demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Surakarta, Oktober 2013

Penulis





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Larutan buffer atau yang disebut dengan larutan penyangga memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja dalam tubuh manusia, larutan penyangga berperan penting untuk dapat mempertahankan pH. Hal ini terjadi karena didalam cairan sel tubuh terdapat system penyangga, yaitu asam dihidrogen fosfat. Campuran penyangga ini berperan juga dalam system pengeluaran ion H+ pada ginjal. Di dalam tubuh manusia ginjal memiliki peranan yang sangat penting, diantaranya yaitu :
1. untuk membuang zat sisa dari tubuh
2. mengatur kesetimbangan zat elektrolit dan tekanan darah
3. merangsang pertumbuhan sel darah merah.
Selain itu, didalam darah juga terdapat larutan penyangga. Pada saat berolahraga, kecepatan denyut jantung, tekanan darah, dan jumlah darah yang di pompa per denyut jantung akan meningkat.
 Akibatnya, aliran darah ke jantung, otot, dan kulit akan lancar dan tidak dan tidak tersumbat. Selama melakukan olahraga, otot yang menyimpan glukosa di dalamnya memerlukan oksigen untuk mengubah energi kimia menjadi energi gerak. Oksigen yang digunakan oleh otot tersebut berasal dari hemoglobin darah. Perubahan energi yang terjadi di otot akan menghasilkan gas CO2 dan ion H+ sehingga pH darah akan turun  pH darah memiliki rentang antara 7,35 sampai 7,45. Bila pH darah lebih kecil dari 7,35 disebut asidosis dan bila pH darah lebih besar dari 7,45 disebut alkalosis.
Jika pH darh lebih kecil dari 7,0 atau lebih besar dari 7,8 maka dapat menimbulkan kematian.
Untuk menjaga pH agar tidak banyak berubah maka dalam darah terdapat system penyangga, yaitu asam karbonat dan ion bikarbonat.



Sistem Buffer Tubuh
  • Sistem buffer ECF → asam karbonat-bikarbonat (NaHCO3 dan H2CO3)
  • Sistem buffer ICF → fosfat monosodium-disodium (Na2HPO4 dan NaH2PO4)
  • Sistem buffer ICF eritrosit → oksihemoglobin-hemoglobin (HbO2- dan HHb)
  • Sistem buffer ICF dan ECF → protein (Pr- dan HPr)










BAB II
PEMBAHASAN
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan.Jika pernafasan meningkat, kadar karbondioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa.Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam.Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit. Gangguan Asam Basa darah
  • Asidosis metabolik [HCO3-] ↓ dikompensasi dengan PaCO2 ↓
  • Alkalosis metabolik [HCO3-] ↑ dikompensasi dengan PaCO2↑
  • Asidosis respiratorik PaCO2↑ dikompensasi dengan [HCO3-] ↑
  • Alkalosis respiratorik PaCO2↓ dikompensasi dengan [HCO3-] ↓
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkansalah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalusedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalusedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat darisejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk dari adanya masalahmetabolisme yang serius.Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepadapenyebab utamanya. Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan olehketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal.

Asidosis Metabolik
  • Ciri                  : [HCO3-] ↓ <22mEq/L dan pH <7,35 → kompensasi dengan   hiperventilasi PaCO2↓, kompensasi akhir ginjal → ekskresi H+, sebagai NH4+ atau H3PO4.
  • Penyebab         : Penambahan asam terfiksasi: ketoasidosis diabetik, asidosis laktat (henti jantung atau syok), overdosis aspirin Gagal ginjal mengekskresi beban asam Hilangnya HCO3- basa → diare. 
  • Gejala Asidosis Metabolik Tidak jelas dan asimptomatis Kardiovaskuler: disritmia, penurunan kontraksi jantung, vasodilatasi perifer dan serebral Neurologis: letargi, stupor, koma Pernafasan: hiperventilasi (Kussmal) Perubahan fungsi tulang: osteodistrofi ginjal (dewasa) dan retardasi pada anak.
  • Penatalaksanaan Asidosis Metabolik Tujuan: meningkatkan pH darah hingga ke kadar aman (7,20 hingga 7,25) dan mengobati penyakit dasar NaHCO3 dapat digunakan bila pH <7,2 atau [HCO3-] <15mEq/L. 
  • Risiko NaHCO3 yang berlebihan: penekanan pusat nafas, alkalosis respiratorik, hipoksia jaringan, alkalosis metabolik, hipokalsemia, kejang, tetani Alkalosis Metabolik Ciri: [HCO3-] ↑ >26mEq/L dan pH >;7,45 → kompensasi dengan hipoventilasi PaCO2↑, kompensasi akhir oleh ginjal → ekskresi [HCO3-] yang berlebihan.

Penyebab:
  • Hilangnya H+ (muntah, diuretik, perpindahan H+dari ECF ke ICF pada hipokalemia).
  • Retensi [HCO3-] (asidosis metabolik pasca hiperkapnia).

Gejala Alkalosis Metabolik
  • Gejala dan tanda tidak spesifik
  •  Kejang dan kelemahan otot → akibat hipokalemia dan dehidrasi
  • Disritmia jantung, kelainan EKG → hipokalemi
  • Parestesia, kejang otot → hipokalsemia
Asidosis respiratorik atau alkakosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru ataukelainan pernafasan. Kegunaan larutan buffer dalamkehidupan sehari-hari sangat banyak. misalnya dalam bidang farmasi, fotografi, industrikulit,reaksi-reaksi kimia dalam laboratorium, zat warna, pengawet makanan,dll. Bahkan dalamtubuh kita sendiri larutan buffer mempunyai peranan yang sangat penting dalam prosesmetabolisme. Oleh karena itu, cairan tubuh harus merupakan larutan buffer agar pH senantiasa konstan ketika metabolisme berlangsung. Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. Dimana sistem penyangga utama dalam cairan intra selnya seperti H2PO4- danHPO42- yang dapat bereaksi dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem penyangga tersebut,dapat menjaga pH darah yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4. Jika terjadi penurunan atau kenaikan pH sedikit saja menunjukkan kita dalam keadaan sakit. Dalam bidang farmasi contohnya pada obat tetes mata mempunyai pH yang sama dengan cairantubuh kita (utamanya air mata), agar tidak menimbulkan efek samping. Berbeda lagi dengan infus, karena cairan infus masuk melalui pembuluh darah maka pH cairan infus harus sama dengan pH darah. Dalam mengawetkann makanan, larutan buffer juga mampu menjaga pH makanan agar tidak mudah dirusak oleh bakteri.Intinya jika kita akan menggunakan larutan buffer, kita harus menyesuaikan dengan pH objek yang akan kita tambahi larutan buffer tersebut.
 Pada darah, terdapat hemoglobin yang dapat mengikat oksigen untuk selanjutnya dibawa ke seluruh sel tubuh. Reaksi kesetimbangan dari larutan penyangga oksi hemoglobin adalah: HHb + O 2 (g) « HbO 2 - + H +
Asam hemoglobin ion aksi hemoglobin
Keberadaan oksigen pada reaksi di atas dapat memengaruhi konsentrasi ion H+, sehingga pH darah juga dipengaruhi olehnya. Pada reaksi di atas O 2bersifat basa. Hemoglobin yang telah melepaskan O 2 dapat mengikat H + dan membentuk asam hemoglobin. Sehingga ion H + yang dilepaskan pada peruraian H 2 CO 3 merupakan asam yang diproduksi oleh CO 2 yang terlarut dalam air saat metabolisme. Asidosis Respiratorik
  • Ciri: PaCO2 ↑ >45mmHg dan pH <7,35 → kompensasi ginjal retensi dan peningkatan [HCO3-].
  • Penyebab: hipoventilasi (retensi CO2), inhibisi pusat nafas (overdosis sedatif, henti jantung), penyakit dinding dada dan otot nafas (fraktur costae, miastemia gravis), gangguan pertukaran gas (COPD), obstruksi jalan nafas atas. 
  • Gejala Asidosis Respiratorik Tidak spesifik Hipoksemia (dominan) → asidosis respiratorik akut akibat obstruksi nafas Somnolen progresif, koma → asidosis respiratorik kronis Vasodilatasi serebral → meningkatkan ICV → papiledema dan pusing. 
  • Penatalaksanaan Asidosis Respiratorik Pemulihan ventilasi yang efektif sesegera mungkin → pemberian O2 dan mengobati penyebab penyakit dasar PaO2 harus ditingkatkan >60mmHg dan pH >7,2.

Alkalosis Respiratorik
  • Ciri: penurunan PaCO2 <35mmHg dan peningkatan pH serum >7,45 → kompensasi ginjal meningkatkan ekskresi HCO3-.
  • Penyebab: hiperventilasi (tersering psikogenik karena stress dan kecemasan), hipoksemia (pneumonia, gagal jantung kongestif, hipermetabolik (demam), stroke, stadium dini keracunan aspirin, septikemia.

Gejala Alkalosis Respiratorik
  • Hiperventilasi (kadar gas, frekuensi nafas)
  • Menguap, mendesak, merasa sulit bernafas
  • Kecemasan: mulut kering, palpitasi, keletihan, telapak tangan dan kaki dingin dan berkeringat
  • Parastesia, otot berkedut, tetani
  • Vasokontriksi serebal → hipoksia cerebral → kepala dingin dan sulit konsentrasi

Penatalaksanaan Alkalosis Respiratorik
  • Menghilangkan penyebab dasar.
  • Kecemasan dapat dihilangkan dengan pernafasan kantong kertas yang dipegang erat disekitar hidung dan mulut dapat memulihkan serangan akut.
  • Hiperventilasi mekanik → diatasi dengan menurangi ventilasi dalam satu menit, menambah ruang hampa udara atau menghirup 3% CO2 dalam waktu singkat.






HEMOGLOBIN
1.Pengertian Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah metal-protein pengangkut oksigen yang mengandung besi  dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin  terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan  satu atom besi.

Penyangga Hemoglobin
Pada darah, terdapat hemoglobin yang dapat mengikat oksigen untuk selanjutnya dibawa ke seluruh sel tubuh. Reaksi kesetimbangan dari larutan penyangga oksi hemoglobin adalah:
HHb + O 2 (g) « HbO 2 - + H +
Asam hemoglobin ion aksi hemoglobin
Keberadaan oksigen pada reaksi di atas dapat memengaruhi konsentrasi ion H +, sehingga pH darah juga dipengaruhi olehnya. Pada reaksi di atas O 2 bersifat basa. Hemoglobin yang telah melepaskan O 2 dapat mengikat H + dan membentuk asam hemoglobin. Sehingga ion H + yang dilepaskan pada peruraian H CO 3 merupakan asam yang diproduksi oleh CO 2 yang terlarut dalam air saat metabolisme.


2. Kadar Hemoglobin
Batasan normal kadar hemoglobin tergantung pada usia dan, mulai pada masa remaja, jenis kelamin orang tersebut. Kisaran normal adalah:
Kelompok
Umur / Jenis Kelamin
Hb (gr/100ml)
Anak
1.      6 bulan sampai 6 tahun
11
2.      6-14 tahun
12
Dewasa
1.      Laki-laki
13
2.       Wanita
12
3.      Wanita hamil
11









3. Struktur Hemoglobin
Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu atom besi, atom besi ini merupakan situs/loka ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme. Nama hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit - subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap subunit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen:
Reaksi bertahap dapat dinayatakan dalam persamaan reaksi kesetimbangan :
·     Hb + O2 -> Hbo2
·     HbO2 + O2 -> Hb (O2)2
·     Hb (O2)2 + O2 -> Hb (O2)3
·     Hb (O2)3 + O2 -> Hb (O2)4

Reaksi keseluruhan:
·    Hb + 4O2 ->Hb (O2)4
Penggabungan oksigen dengan molekul hemoglobin (Hb) merupakan reaksi yang sangat kompleks. HbO2 adalah oksihemoglobin, kompleks hemoglobin yang menjadi alat transportasi oksigen ke jaringan. Tetapan kesetimbangannya adalah sebagai berikut
Kc = [HbO2] per [HbO2] [O2]
Pada ketinggian 3 km tekanan parsial oksigen kira-kira hanya 0,14 atm, sedangkan tekanan parsial permukaan laut sekitar 0,2 atm .
Menurut prinsip Le Chatelier, pengurangan konsentrasi oksigen akan menggeser kesetimbangan diatas dari kanan ke kiri. Hal ini mengakibatkan berubahnya kadar oksigen hemoglobin , tubuh memerlukan waktu yang lama. Kesetimbangan akan bergeser dari kiri ke kanan sejalan dengan terbentuknya oksihemoglobin. Penambahan jumlah hemoglobin sangat lambat yaitu dua sampai tiga minggu untuk membentuknya. Terkadang untuk mengembalikan kadarnya ke kondisi normal dibutuhkan beberapa tahun.

 4. Kegunaan Hemoglobin
a)      Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan -jaringan tubuh.
b)      Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan - jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar. 
c)       Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk di buang.

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Afinitas Hemoglobin (Hb) Terhadap O2.
1)      Keasaman atau pH
Keasaman bertambah atau pH semakin turun dan kadar ion H+ meningkat akan melemahkan ikatan antara oksigen dan hemoglobin sehingga kurva disosiasi oksigen - hemoglobin bergerak ke kanan (Afinitas Hb terhadap O2 berkurang ) sehingga menyebabkan hemoglobin melepaskan lebih banyak oksigen ke jaringan.
Misal peningkatan asam laktat dan asam karbonat yang dihasilkan oleh jaringan yang aktif secara metabolic.  Keasaman turun atau PH naik afinitas Hb terhadap O2 bertambah sehingga kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergerak ke kiri (afinitas Hb tehadap O2 Bertambah) dan hemoglobin banyak mengikat O2. Hb bekerja sbg buffer utk ion H

2. PO2 atau Tekanan Parsial O2
Apabila PO2 darah meningkat , misalnya seperti di kapiler paru, Hb berikatan dengan sejumlah besar O2 mendekati 100% jenuh, PO2 60-100 mmHg : Hb >/90% jenuh (afinitas Hb terhadap O2 bertambah) dan kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergerak ke kiri.
Dan apabila PO2 menurun, misal di kapiler sistemik PO2 antara 40 dan 20 mmHg (75-35% jenuh) : sejumlah besar O2 dilepas dari Hb setiap penurunan PO2, afinitas Hb terhadap O2 berkurang dan kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergeser ke kanan.

3. PCO2 atau Tekanan Parsial CO2
PCO2 darah meningkat di kapiler sistemik sehingga CO2 berdifusi dari sel ke darah mengikuti penurunan gradiennya menyebabkan penurunan afinitas Hb terhadap O2 (Hb lebih banyak membebaskan O2) kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergeser ke kanan.
PCO2 darah menurun di kapiler paru sehingga CO2 berdifusi dari darah ke alveoli menyebabkan peningkatan afinitas Hb terhadap O2 ( Hb lebih banyak mengikat O2) kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergeser ke kiri. 

4.  Temperatur atau Suhu
Panas yang dihasil reaksi metabolism dari kontraksi otot melepaskan banyak asam & panas menyebabkan temperatur tubuh naik dan sel aktiv perlu banyak O2 memacu pelepasan O2 dari oksiHb (afinitas Hb tehadap O2 berkurang) kurva bergeser ke kanan.
Hipotermia menyebabkan metabolisme sel lambat sehingga O2 yang dibutuhkan jaringan sedikit pelepasan O2 dari Hb juga lambat (afinitas Hb terhadap O2 berkurang) dan kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergeser ke kiri.



5. BPG
Peningkatan BPG yang dihasikan dari suatu metabolit glikolisis dan terdapat dalam darah sehingga Hb berikatan dg BPG dapat mengurangi afinitas Hb thd O2 dan kurva bergeser ke kanan. Hormon tiroksin, GH, epinefrin, norepi & testosteron dapat meningkatkan pembentukan BPG dan kadar BPG meningkat pada orang yg tinggal di dataran tinggi. 
Penurunan BPG di darah menyebabkan ikatan Hb terhadap O2 semakin kuat karena Hb tidak diikat oleh BPG afinitas Hb terhadap O2 bertambah, kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergeser ke kiri. 









BAB III
Kesimpulan
Sistem Buffer Tubuh
  • Sistem buffer ECF → asam karbonat-bikarbonat (NaHCO3 dan H2CO3)
  • Sistem buffer ICF → fosfat monosodium-disodium (Na2HPO4 dan NaH2PO4)
  • Sistem buffer ICF eritrosit → oksihemoglobin-hemoglobin (HbO2- dan HHb)
  • Sistem buffer ICF dan ECF → protein (Pr- dan HPr)
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalusedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalusedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat darisejumlah penyakit.
Hemoglobin adalah metal-protein pengangkut oksigen yang mengandung besi  dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya.
 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Afinitas Hemoglobin (Hb) Terhadap O2 :
·         Keasaman atau Ph .
·          PO2 atau Tekanan Parsial O2
·         3. PCO2 atau Tekanan Parsial CO2
·         Temperatur atau Suhu
·         BPG

DAFTAR PUSTAKA


http://www.carantrik.com/2010/06/keseimbangan-asam-basa-tubuh.html
Day,RA and Underwood AL.1992.Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima,Jakarta;Erlangga
Hermanto,Sandra,Msi.2007.Petunjuk Praktikum Biokimia 1.Jakarta;UIN Syahid Jakarta
Koolman,Jan.1994.Biokimia.Jakarta;Hipokrates FKUI
Linggih,S.R dan P Wibowo.1988.Ringkasan kimia.Ganeca Exact Bandung;Bandung